Jumat, 25 Maret 2011

sungai belitang

Sungai belitang yg terdapat di Kecamatan Belitang Hulu Kabupaten Sekadau Kalbar, merupakan urat nadi kehidupan masyarakat setempat sbg tempat mandi, cuci, menangkap ikan, dlsb yg sangat perlu di jaga kelestariannya, terutama dr tangan-tangan jahil yg merusak/mencemarinya. Sungai ini dpt menjadi salah satu obyek wisata air yg menyenangkan, jk masyarakatnya jg peduli dg lingkungannya itu sendiri.  Sungai ini jg dpt sbg pengendali banjir jk normalisasi sungai dpt dilakukan. Sayangnya kala debit air sungai tsb turun (surut), kegiatan ilegal menuba dg mempergunakan bahan-bahan kimiawi beracun dr hilir msh marak dilakukan oleh warga itu sendiri. Pemerintah telah mengingatkan agar kegiatan tmenuba/meracun ikan hendaknya tdk dilakukan oleh krn akan merusak kelestarian sungai tsb, namun dianggap angin lalu sahaja. Sbg pengendalian banjir, sebaiknya kita patut mencontoh Belanda yg membuat kota pontianak tidak akan pernah banjir walau bagaimanapun kondisinya, dg memelihara/merawat/membuat drainase kota yg bebas banjir, tp itu dulu hingga awal thn 80-an, skrg kota pontianak, sebagai contoh saja, air pasang laut & hujan, jd lautan air. Sbg pandangan kemasa depan sebaiknya sungai belitang telah dpt mengantipasi keadaan yg akan terjadi dikemudian hari, bebas banjir krn datarannya rendah, jg menghasilkan nilai + perekonomian yg bermanfaat bg masyarakat, kalau tdk sekarang kapan lg toh.

Read More......

Kamis, 24 Maret 2011

perkawinan dayak on stage

Bagi suku dayak (mualang) dan suku-suku dayak lainnya, ritual pernikahan secara adat merupakan keharusan agar sang pengantin beserta keturunannya terhindar dr murka sang penguasa alam (menurut cerita orang-orang tua dan diakui kebenarannya), namun disisi lain sbg upaya pelestarian adat istiadat budaya yg telah turun menurun mentradisi & mendarah daging dlm segala aspek hidup & kehidupan mereka. Bahasa aslinya : tulah atau kualat jika perkawinan tsb tidak dilaksanakan secara adat. Tulah atau kualat disini mengandung arti mendapat sial atau sandungan bg sang pengantin beserta keturunannya dlm mengarungi kehidupan berumah tangga, misalnya selalu bertengkar, baik dgn pasangannya maupun pihak lain, juga kehidupan perekonomian keluarga selalu mandek, dlsb. Untuk itu diharapkan bg generasi muda dayak agar tidak meninggalkan atau menapikan adat istiadat budayanya yg telah ada sejak nenek moyangnya, marilah bersama-sama kita lestarikan adat istiadat budaya masing-masing suku & saling menghormati, pasti segalanya akan baik adanya.

Read More......

Kamis, 10 Maret 2011

Bukongk di Sekadau Kal-Bar

Oleh: Andreas Aan



Keanekaragaman adat budaya masyarakat dayak begitu banyak dan penuh dengan keunikan yang tidak terlepas dari unsur-unsur mistis yang bernilai tinggi dan memiliki cirikhas dari daerah masing-masing. disebuah desa tidak jauh dari ibukota kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat yaitu desa Sebabas ada sebuah adat yang sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya ditengah hiruk pikuk modrenisasi yang menyelimuti masyarat generasi dayak saat ini.

Babukongk demikian nama ritual adat didaerah mahap tersebut, dimana upacara/ritual adat ini dipersembahkan untuk menghormati arwah seseorang yang meninggal dunia, dimana orang tersebut semasa hidupnya adalah tokoh masyarakat, dukun, sesepuh desa, kades/kadus, tumenggung ataupun seseorang yang memiliki jasa pada kampungnya dan masih menganut aliran kepercayaan, didalam pelaksanaannya kekmampuan ekonomi juga menjadi penunjang terselenggaranya ritual adat tersebut, karena dilihat dari penyelenggaraannya cukup besar biaya yang dibutuhkan.
Dalam pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan orang yang sudah menganut agama tertentu dapat menyelenggarakannya, karena babukongk sendiri menganut turunan kepada pasangan hidupnya. Jika seorang suami meninggal dengan bukongkng 7, maka istrinya harus bukongk 5 walaupun sang istri misalkan sudah menganut agama tertentu, dan kondisi ekonomi memungkinkan untuk menyelenggarakannya. Jika suami bukongk 5, maka istri harus bukongk 3 dengan ketentuan yang sama pada bukongk 5. Laki-laki umumnya mengalami bukongk 5 dan 7, beda dengan wanita yang mengalami bukongk 5 dan 3.

BUKONGK = HANTU
Bukongk sendiri diambil dari nama hantu yang keberadaannya masih dipercaya oleh masyarakat dayak mahap. Bukongk sendiri digambarkan dengan bentuk fisik yang menyeramkan dengan badan yang dipenuhi dengan bulu-bulu dan wajah yang digambarkan dengan lidah merah yang menjulur keluar dan bola mata sebelah yang nyaris keluar dari kelopaknya. Untuk menggambarkan para hantu tersebut dalam acara ritual ini orang-orang yang memerankannya menggunakan kostum yang terbuat dari ijuk yang dililitkan keseluruh tubuh pemeran dan daun-daun, maupun ilalang yang dirangkai sedemikan rupa pada tubuh pemeran, topeng yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, pelepah kelapa dan batok labu yang sudah dikeringkan. Bukongk sendiri biasa diperankan oleh 3 orang, 5 orang atau 7 orang tergantung berapa bukongk yang diinginkan oleh keluarga yang ditinggal.
Dalam perayaannya melibatkan warga sekampung dan disini bisa kita saksikan kehidupan sosial yang sangat kental dimana warga sekampung pada tiga hari penyelenggaraannya menghentikan aktifitas kerjanya sehari-hari, mereka semua terlibat dalam persiapan dan penyelenggaraan adat ini, warga juga ikut menyumbangkan hasil panennya terutama beras kepada keluarga yang berduka saking banyaknya kadang bilik penyimpanan penuh dengan beras sumbangan warga, tuak-tuak dalam tempayan berjejer rapi yang juga merupakan sumbangan masyarakat. Umumnya yang memasak dan menyiapkan segala makanan adalah kaum laki-laki baik yang tua maupun yang muda tidak ada satupun wanita terlibat didalamnya, kaum ibu mengayam anyaman yang nantinya diletakkan pada peti mati yang disebut tangkup, dan jumlah tangkup ini ada 7 buah yang diletakkan disekeliling peti mati. Pemeran bukongk sendiri juga harus laki-laki baik yang tua maupun yang muda yang diperankan secara bergantian.

JENIS BUKONGK
Bukongk dalam penyelenggaraannya di bagi dalam 3, yaitu :
1. Bukongk 3
Yaitu perayaan yang diperuntukan bagi perempuan yang terpandang, dukun, dukun beranak atau dianggap yang memiliki jasa pada kampungnya dan masih menganut aliran kepercayaan. Atau diperuntukan bagi istri yang mana suaminya pada saat meninggal dibukongk 5. Dalam perayaannya bukongk yang perankan oleh warga ada 3 bukongk.
Syarat pada penyelenggaraan bukongk 3, yaitu :
1. babi 3 ekor
2. anjing hitam 1 ekor
3. ayam kampung 3 ekor
4. tuak 3 tempayan
5. penganan kecil atau kue yang dibuat dari tepung tawar dan pulut, dan ada kue yang disebut kue baok-baok yang terbuat dari cmpuran buah pisang, wijen, ubi jalar, kacang, dan biasanya dicampur dengan irisan daging ayam bakar.
2. Bukongk 5
Yaitu bukongk yang diperuntukan bagi laki-laki atau perempuan dengan ketentuan sama pada bukongk 3, ataupun kepada istri yang mana suaminya pada saat meninggal dibukongk 7. Pada penyelenggaraannya ada 5 bukongk yang harus diperankan oleh warga.
Syarat pada penyelenggaraan bukongk 5, yaitu :
1. babi 5 ekor
2. anjing hitam 1 ekor
3. ayam kampung 5 ekor
4. tuak 5 tempayan
5. penganan kecil atau kue yang dibuat dari tepung tawar dan pulut, dan ada kue yang disebut kue baok-baok yang terbuat dari cmpuran buah pisang, wijen, ubi jalar, kacang, dan biasanya dicampur dengan irisan daging ayam bakar.
3. Bukongk 7
Yaitu bukongk yang hanya diperuntukan bagi kaum laki-laki yang dianggap sebagai sesepuh, dukun, kades/kadus, tumenggung, ataupun orang yang pernah berjasa pada kampungnya, dan masih menganut aliran kepercayaan. Dan mempunyai kemampuan ekonomi buat penyelenggaraannya. Pada pelaksanaannya ada 7 bukongk yang harus diperankan oleh warga.
Syarat pada penyelenggaraan bukongk 7, yaitu :
1. babi 5 ekor
2. anjing hitam 1 ekor
3. ayam kampung 5 ekor
4. tuak 5 tempayan
5. penganan kecil atau kue yang dibuat dari tepung tawar dan pulut, dan ada kue yang disebut kue baok-baok yang terbuat dari campuran buah pisang, wijen, ubi jalar, kacang, dan biasanya dicampur dengan irisan daging ayam bakar.

Pada zaman dahulu penyelenggaraannya lamanya manyat berada dirumah sesuai dengan bukongk yang diambilnya, jika bukongk 7 yang diambil maka manyat juga bisa 7 hari disemanyamkan dirumah hingga kadang membusuk karena pengawetan pada manyat masih dengan cara yang tradisional. Peti matinya pun harus dibuat dari kayu beliatn bulat yang harus dilobangi dengan menggunakan cara-cara tradisional dan bisa memakan waktu 3 hari pengerjaannya, selain itu penyelenggaraannya menggunakan mantera-mantera yang dibawakan oleh orang pintar dalam mengiringi para bukongk dalam aksinya sehingga banyak kejadian mistis yang sering terjadi, ada kisah dimana ada seorang warga yang memerankan bukongk dimana topeng yang digunakannya tidak bisa dilepaskan dari wajahnya karena topeng tersebut sudah menyatu dengan kulitnya sehingga untuk melepaskan topeng tersebut harus dengan menggunakan pahat. Seiring dengan perubahan waktu dan pola kesadaran yangt semakin baik banyak perubahan yang digunakan warga seperti manyat paling lama hanya 3 hari berada didalam rumah demi menghindari kondisi membusuk, peti mati saat ini sudah menggunakan papan beliatn jadi pengerjaannya juga lebih cepat dan efisien dan bukongk sendiri saat ini sudah tidak menggunakan mantra-mantra yang berbau mistis demi mengindari hal-hal yang tidak diinginkan dengan tanpa mengurangi sisi ritual dan makna yang terkandung dalam perayaan ini.

PROSESI BUKONGK
Prosesi Babukongk sendiri ada 8 dalam penyelenggaraannya, yaitu:
1. Bukongk Mansau
Yaitu prosesi dimana para bukongk pertama kali beraksi untuk naik kerumah orang yang meninggal tersebut. Sebelum berjalan para bukong ditaburi dengan beras sebagai syarat dari tetua adat dan dari sekian bukongk yang ada 1 diantara mereka ada yang menjadi kepala para bukongk tersebut dan biasanya kostum yang digunakanny lain dari pada bukongk yang lainnya dan sebagai kepala dia berjalan paling depan. Para bukongk berjalan dari tempat dimana merupakan tempat yang sudah dipersiapkan oleh warga sebagai tempat memulainya segala penyelenggaraan, mulai dari tempat mempersiapkan makan bagi warga sekampung, tempat mempersiapkan kostum dan topeng bukongk itu sendiri, tempat membuat peti mati lengkap dengan segala pernak-pernik yang dipasangkan pada peti mati tersebut, ditempat ini juga warga sekampung menikmati makan yang dipersembahkan oleh tuan rumah dari awal penyelenggaraan hingga selesainya penyelenggaraan dimana manyat sudah dikuburkan. Bukongk berjalan sambil menari dengan diiringi oleh musik tradisional khusus untuk orang mati bagi orang dayak Mahap, bukongk terus menari hinggga sampai dirumah duka, meraka masuk lewat pintu depan dimana diruangan tersebut bersemanyam jasad yang diupacarakan para bukongk masuk sambil menghentakan-hentakan kaki kelantai rumah dan berterik saling bersahutan menciptakan suara khas. Para bukongk menari mengitari manyat sabanyak 7 kali putaran keluar ke pintu belakang rumah, setelah selesai 7 putaran mereka kembali lagi ketempat semula mereka mulai berangkat dengan melalui jalan lain disepanjang jalan pulang mereka biasanya bisa menghibur dengan cara menakut-nakuti warga yang ada dikampung tersebut dan ini biasanya banyak menciptakan suasana lucu dan menghibur.
2. Bukongk Batamak
Yaitu bukongk yang bertugas mengiringi peti mati yang akan dibawa kerumah duka dan sekaligus mengiringi prosesi memasukan jenazah kedalam peti mati, sama seperti pada bukongk mansau dimana peti mati dibawa dari tempat pengerjaannya menuju kerumah duka dan musik tradisional tanpa henti mengiringi peti dan bukongk yang mendampinginya. Sesampai dirumah peti masuk dari pintu depan dan jenazah langsung dimasukan kedalam peti bersama dengan tikar sebagai alasnya pada saat disemanyamkan dirumah, para bukongk terus menari dan menghentakan kaki kelantai dengan terus memutar sebanyak 7 kali putaran hingga selesai dan kembali pulang keasalnya.
3. Bukongk Buah Mansat
Prosesi ini dilakukan menjelang malam hari , dimana para bukongk datang dan disambut dengan bola api oleh keluarga yang berduka dimana bola api tersebut terbuat dari tempurung kelapa yang dibakar menyala. Para bukongk bermain dengan bola api dihalaman rumah duka, namun dalam prakteknya saat ini biasanya bukongk buah mansat tidak dilakukakan dengan sepenuhnya cukup dengan melemparkan punggut kayu api yang menyala kearah bukongk tanpa mengenai mereka hanya sebagai syarat kemudian prosesi selesai, hal ini menghindari kejadian yang pernah terjadi dimana ada bukongk yang terbakar saat bermain-main dengan bola api karena kostum mereka terbuat dari bahan-bahan yang mudah terbakar, namun tetap saja prosesi ini tidak akan mengurangi makna dari ritual yang harus dijalankan.
4. Bukongk Alu
Prosesi ini atau lebih tepat dikatakan dengan permainan dilakukan pada malam hari dimana bukongk menari diatas alu yang dimainkan oleh bukongk lainnya. Bukongk berjingkrak-jingkrak diantara alu yang sedang bergerak membentuk gerakan-gerakan yang berirama sesuai dengan hentakan alu yang saling bersentuhan, jika terjadi kesalahan sedikit saja pada bukongk yang menari maka akan mengakibatkan kecelakaan pada mata kaki atau tulang kering tidak menutup kemungkinan akan berakibat pecahnya mata kaki, maka biasanya permainan ini dimainkan oleh orang yang ahli dan berpengalaman. Permainan ini bisa menjadi hiburan bagi warga kampung yang pada malam itu ikut berjaga dirumah duka.
5. Bukongk Tempiau
Sama seperti pada Bukongk Alu, pada Bukongk Tempiau juga bisa dikatakan permaianan dan dilakukan setelah Bukongk Alu, dalam permaianan ini ada 2 bukongk yang bergelantungan pada alu yang masing-masing dipikul bergantung oleh bukongk lainnya, kemudian orang-orang disekitar yang menyaksiskan menggelitik 2 bukongk yang bergantungan tadi sambil memutar-mutar tubuh bukongk tersebut hingga ada yang jatuh kelantai, dan permainan ini akan berhenti jika salah satu dari bukongk sudah jatuh kelantai.
Sambil menunggu malam yang terus beranjak dan menunggui jenazah didalam rumah biasanya para bukongk lengkap dengan kostumnya sering datang sambil terus menerus menari dan menghentakan kaki mereka kelantai untuk mengusir roh-roh jahat yang ada disekitar jenazah tersebut, para bukongk memutar sebanyak 7 kali putaran dan para bukongk bisa datang hingga lebih dari 5 kali pada malam itu dengan orang-orang yang bergantian yang bersedia menjadi bukongk, selain mengusir roh-roh jahat disekitar rumah meraka juga sekalian sebagai hiburan bagi keluarga yang ditinggal maupun warga yang ikut berjaga dirumah duka,karena para bukongk dapat bertingkah bebas hingga bertingkah lucu sehingga menciptakan suasana yang tidak hanyut dalam kesedihan.

6. Bukongk Nyongkap Babi
Prosesi ini dilakukan keesokan paginya dimana para bukongk pagi-pagi buta menangkap babi yang sudah dipersiapkan untuk dimasak dan menjadi hidangan bagi warga sekampung.
7. Bukongk Beroh
Yaitu para bukongk memasak daging babi yang telah ditangkapnya dan memasak nasi dan sayur-sayur lain yang akan dipersiapkan untuk makan orang sekampung. Sebelum jenazah dikuburkan orang sekampung biasanya diberi makan dengan lauk-lauk yang sudah dipersiapkan, dengan membentuk barisan memanjang orang sekampung makan beramai-ramai dari laki-laki, perempuan, tua dan muda berbaur untuk menikmati hidangan makan tersebut.
8. Bukongk Ngamek
Ini adalah prosesi terakhir yang dilakukan oleh bukongk-bukongk yaitu prosesi mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Jenazah yang sudah berada didalam peti diturunkan dari rumah dengan diiringi pembacaan mantra-mantra dari ketua adat sebelum berangkat peti diputar-putar sebanyak 7 kali dengan diiringi para bukongk yang terus menari lengkap dengan irama musik tradisional yang terus dimainkan, sekali-kali terdengar letusan senapan lantak dari warga yang menembakkannya keudara. Sampai dikuburan para bukongk kemudian melepaskan semua kostum yang melekat pada tubuh mereka termasuk topeng yang mereka gunakan dan menggantungnya disekitar kuburan orang tersebut.

AKSESORIS/HIASAN PADA PETI MATI
Tidak seperti peti mati pada umumnya, pada peti mati bagi orang yang babukongk penuh dengan aksesoris atau hiasan yang menempel pada peti, mulai dari benda-benda yang pasangkan ditengah-tengah peti, anyaman bambu yang ditempelkan pada atas dan pinggir-pinggir peti hingga motif-motif yang dibuat disepanjang pinggir peti yang mana pembuatannya dilakukan pada malam hari setelah jenazah berada pada peti mati sambil ditemani oleh warga yang berjaga sepanjang malam dirumah duka.
Adapun aksesoris yang menempel pada peti tersebut adalah :
1. Puncak Jarau
Yang terdiri dari, selimpak 4 buah, dan daun cangkur 4 lembar.
2. Kala Jangkon
Yang dibuat dari kayu pulali menyerupai orang yang dipasang diatas dan ditengah-tengah peti.
3. Buah pinang 1 buah
4. Malanyot
Dibuat dari kayu menyeruapi pedang panjang yang diletakkan di 4 sudut peti mati.
5. Tangkup
Yaitu anyaman dari bambu yang dicat dengan warna-warni dan membentuk anyaman motif khas dayak Mahap sebanyak 7 lembar yang diletakkan disekeliling peti mati.
6. Motif yang digambar disekeliling peti yang dengan bentuk siluk beruang atau kuku beruang.
7. Diatas peti mati ada gambar naga dan beruang
8. Motif Patar Tangkuk disekeliling peti
9. Motif garis-garis buntak (belalang) digambar dibawah motif Patar Tangkup
10. Buah Balobo
Adalah benda yang dibuat menyeruapai buah-buahan yang disebut buah balobo yang dipercaya sebagai oleh-oleh bagi yang meninggal dan menurut kepercayaan buah ini hanya ada di alam baka.
11. Kemudian ada motif puncak robok (rebung) pada peti
12. Ada Makalut yang diukir disekitar motif puncak robok
13. Pasak Lancang (kayu Bunyau)
14. Tulang Barasin diletakkan ditengah-tengah peti mati
15. Dan ada Pancok Pacat yang diletakan pada peti.
Demikian beberapa aksesoris dan motif yang melekat pada peti mati sebagai aksesorisnya dan semua mengandung arti atau makna bagi orang Dayak Mahap.

KESOT
Selain dari keunikan yang ada pada babukongk, ada satu alat musik tradisional yang unik dan hanya dibunyikan pada upacara kematian seperti ini yaitu Kesot, alat musik tradisional ini sangat sederhana yang terbuat dari batang bambu mati dan dibelah ditengah-tengahnya dengan belahan memanjang dari atas kebawah, kemudian untuk memainkannya cukup dengan menggesek-gesekan sebuah parang tajam diantara belahan bamboo tersebut sehingga akan menciptakan suatu bunyi gesekan yang khas, namun bunyi akan keluar jika posisi parang berada dalam posisi yang benar jadi tidak cukup gampang untuk memainkannya. Kesot dipadukan dengan alat musik tradisional lainnya seperti gong, gendang dari kulit binatang sehingga akan meciptakan irama musik yang cukup unik dan khas.
Demikianlah mengenai babukongk, hingga saat ini babukongk sendiri tetap menjadi kekhasan yang tetap melekat bagi dayak Mahap khusunya di desa Sebabas, pada jamannya di Mahap hampir semua desa menyelenggarakan babukongk, namun karena kerumitan dan biaya yang begitu besar dalam penyelenggaraannya serta kesediaan warga yang mau terlibat dalam ritual ini samakin kurang tertarik, sehingga hanya masyarakat desa Sebabas yang sampai saat ini masih melaksanakannya dan kuburan-kuburan tua tempat orang yang melaksanakan babukongk sampai saat ini masih terawatt dengan baik dan masih bisa dilihat keberadaannya disepanjang jalan kecil menuju ke desa Pahit.

Read More......

Tato bagi orang Dayak

Jangan kaget jika masuk ke perkampungan masyarakat Dayak dan berjumpa dengan orang-orang tua yang dihiasi berbagai macam tato indah di beberapa bagian tubuhnya. Tato yang menghiasi tubuh mereka itu bukan sekadar hiasan, apalagi supaya dianggap jagoan. Tetapi, tato bagi masyarakat Dayak memiliki makna yang sangat mendalam.

Tato bagi sebagian masyarakat etnis Dayak merupakan bagian dari tradisi, religi, status sosial seseorang dalam masyarakat, serta bisa sebagai bentuk penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang. Karena itu, tato tidak bisa dibuat sembarangan.
Ada aturan-aturan tertentu dalam pembuatan tato atau parung, baik pilihan gambarnya, struktur sosial orang yang ditato, maupun penempatan tatonya. Meski demikian, secara religi tato memiliki makna sama dalam masyarakat Dayak, yakni sebagai "obor" dalam perjalanan seseorang menuju alam keabadian, setelah kematian.
Karena itu, semakin banyak tato, "obor" akan semakin terang dan jalan menuju alam keabadian semakin lapang. Meski demikian, tetap saja pembuatan tato tidak bisa dibuat sebanyak-banyaknya secara sembarangan, karena harus mematuhi aturan-aturan adat.
"Setiap subsuku Dayak memiliki aturan yang berbeda dalam pembuatan tato. Bahkan ada pula subsuku Dayak yang tidak mengenal tradisi tato," ungkap Mering Ngo, warga suku Dayak yang juga antropolog lulusan Universitas Indonesia.
Bagi suku Dayak yang bermukim di perbatasan Kalimantan dan Sarawak Malaysia, misalnya, tato di sekitar jari tangan menunjukkan orang tersebut suku yang suka menolong seperti ahli pengobatan. Semakin banyak tato di tangannya, menunjukkan orang itu semakin banyak menolong dan semakin ahli dalam pengobatan.
Bagi masyarakat Dayak Kenyah dan Dayak Kayan di Kalimantan Timur, banyaknya tato menggambarkan orang tersebut sudah sering mengembara. Karena setiap kampung memiliki motif tato yang berbeda, banyaknya tato menandakan pemiliknya sudah mengunjungi banyak kampung.
Jangan bayangkan kampung tersebut hanya berjarak beberapa kilometer. Di Kalimantan, jarak antarkampung bisa ratusan bahkan ribuan kilometer, dan harus ditempuh menggunakan perahu menyusuri sungai lebih dari satu bulan!
"Karena itu, penghargaan pada perantau diberikan dalam bentuk tato," tutur Ketua II Persekutuan Dayak Kalimantan Timur (PDKT), Yacobus Bayau Lung.
Bisa pula tato diberikan kepada para bangsawan. Di kalangan masyarakat Dayak Kenyah, motif yang lazim untuk kalangan bangsawan (paren) adalah burung enggang yakni burung endemik Kalimantan yang dikeramatkan.
Ada pun bagi Dayak Iban, kepala suku beserta keturunannya ditato dengan motif "dunia atas" atau sesuatu yang hidup di angkasa. Selain motifnya terpilih, cara pengerjaan tato untuk kaum bangsawan biasanya lebih halus dan detail dibandingkan tato untuk golongan menengah (panyen).
Bagi subsuku lainnya, pemberian tato dikaitkan dengan tradisi mengayau atau memenggal kepala musuh dalam suatu peperangan. Tradisi ini sudah puluhan tahun tidak dilakukan lagi, namun dulunya semakin banyak mengayau, motif tatonya pun semakin khas dan istimewa.
Tato untuk sang pemberani di medan perang ini, biasanya ditempatkan di pundak kanan. Namun pada subsuku lainnya, ditempatkan di lengan kiri jika keberaniannya "biasa", dan di lengan kanan jika keberanian dan keperkasaannya di medan pertempuran sangat luar biasa.
"Pemberian tato yang dikaitkan dengan mengayau ini, dulunya sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan suku kepada orang-orang yang perkasa dan banyak berjasa," tutur Simon Devung, seorang ahli Dayak dari Central for Social Forestry (CSF) Universitas Mulawarman Samarinda.
Tato atau parung atau betik tidak hanya dilakukan bagi kaum laki-laki, tetapi juga kaum perempuan. Untuk laki-laki, tato bisa dibuat di bagian mana pun pada tubuhnya, sedangkan pada perempuan biasanya hanya pada kaki dan tangan.
Jika pada laki-laki pemberian tato dikaitkan dengan penghargaan atau penghormatan, pada perempuan pembuatan tato lebih bermotif religius. "Pembuatan tato pada tangan dan kaki dipercaya bisa terhindar dari pengaruh roh-roh jahat dan selalu berada dalam lindungan Yang Maha Kuasa," ujar Yacobus Bayau Lung.
Pada subsuku tertentu, pembuatan tato juga terkait dengan harga diri perempuan, sehingga dikenal istilah tedak kayaan, yang berarti perempuan tak bertato dianggap lebih rendah derajatnya dibanding dengan yang bertato. Meski demikian, pandangan seperti ini hanya berlaku di sebagian kecil subsuku Dayak.
Pada suku Dayak Kayan, ada tiga macam tato yang biasanya di sandang perempuan, antara lain tedak kassa, yakni meliputi seluruh kaki dan dipakai setelah dewasa; tedak usuu, tato yang dibuat pada seluruh tangan; dan tedak hapii pada seluruh paha.
Sementara di suku Dayak Kenyah, pembuatan tato pada perempuan dimulai pada umur 16 tahun atau setelah haid pertama. Untuk pembuatan tato bagi perempuan, dilakukan dengan upacara adat di sebuah rumah khusus. Selama pembuatan tato, semua pria tidak boleh keluar rumah. Selain itu seluruh keluarga juga diwajibkan menjalani berbagai pantangan untuk menghindari bencana bagi wanita yang sedang ditato maupun keluarganya.
Motif tato bagi perempuan lebih terbatas seperti gambar paku hitam yang berada di sekitar ruas jari disebut song irang atau tunas bambu. Ada pun yang melintang di belakang buku jari disebut ikor. Tato di pergelangan tangan bergambar wajah macan disebut silong lejau.
Ada pula tato yang dibuat di bagian paha. Bagi perempuan Dayak memiliki tato di bagian paha status sosialnya sangat tinggi dan biasanya dilengkapi gelang di bagian bawah betis. Motif tato di bagian paha biasanya juga menyerupai silong lejau. Perbedaannya dengan tato di tangan, ada garis melintang pada betis yang dinamakan nang klinge.
Tato sangat jarang ditemukan di bagian lutut. Meski demikian, ada juga tato di bagian lutut pada lelaki dan perempuan yang biasanya dibuat pada bagian akhir pembuatan tato di badan. Tato yang dibuat di atas lutut dan melingkar hingga ke betis menyerupai ular, sebenarnya anjing jadi-jadian atau disebut tuang buvong asu.Baik tato pada lelaki maupun perempuan, secara tradisional dibuat menggunakan duri buah jeruk yang panjang dan lambat-laun kemudian menggunakan beberapa buah jarum sekaligus. Yang tidak berubah adalah bahan pembuatan tato yang biasanya menggunakan jelaga dari periuk yang berwarna hitam.
"Karena itu, tato yang dibuat warna-warni, ada hijau, kuning dan merah, pastilah bukan tato tradisional yang mengandung makna filosofis yang tinggi," ucap Yacobus Bayau Lung.
Tato warna-warni yang dibuat kalangan pemuda kini, hanyalah tato hiasan yang tidak memiliki makna apa-apa. Gambar dan penempatan dilakukan sembarangan dan asal-asalan. Tato seperti itu sama sekali tidak memiliki nilai religius dan penghargaan, tetapi cuma sekadar untuk keindahan, dan bahkan ada yang ingin dianggap sebagai jagoan.

Sumber: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/

Read More......