Kamis, 10 Maret 2011

Bukongk di Sekadau Kal-Bar

Oleh: Andreas Aan



Keanekaragaman adat budaya masyarakat dayak begitu banyak dan penuh dengan keunikan yang tidak terlepas dari unsur-unsur mistis yang bernilai tinggi dan memiliki cirikhas dari daerah masing-masing. disebuah desa tidak jauh dari ibukota kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat yaitu desa Sebabas ada sebuah adat yang sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya ditengah hiruk pikuk modrenisasi yang menyelimuti masyarat generasi dayak saat ini.

Babukongk demikian nama ritual adat didaerah mahap tersebut, dimana upacara/ritual adat ini dipersembahkan untuk menghormati arwah seseorang yang meninggal dunia, dimana orang tersebut semasa hidupnya adalah tokoh masyarakat, dukun, sesepuh desa, kades/kadus, tumenggung ataupun seseorang yang memiliki jasa pada kampungnya dan masih menganut aliran kepercayaan, didalam pelaksanaannya kekmampuan ekonomi juga menjadi penunjang terselenggaranya ritual adat tersebut, karena dilihat dari penyelenggaraannya cukup besar biaya yang dibutuhkan.
Dalam pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan orang yang sudah menganut agama tertentu dapat menyelenggarakannya, karena babukongk sendiri menganut turunan kepada pasangan hidupnya. Jika seorang suami meninggal dengan bukongkng 7, maka istrinya harus bukongk 5 walaupun sang istri misalkan sudah menganut agama tertentu, dan kondisi ekonomi memungkinkan untuk menyelenggarakannya. Jika suami bukongk 5, maka istri harus bukongk 3 dengan ketentuan yang sama pada bukongk 5. Laki-laki umumnya mengalami bukongk 5 dan 7, beda dengan wanita yang mengalami bukongk 5 dan 3.

BUKONGK = HANTU
Bukongk sendiri diambil dari nama hantu yang keberadaannya masih dipercaya oleh masyarakat dayak mahap. Bukongk sendiri digambarkan dengan bentuk fisik yang menyeramkan dengan badan yang dipenuhi dengan bulu-bulu dan wajah yang digambarkan dengan lidah merah yang menjulur keluar dan bola mata sebelah yang nyaris keluar dari kelopaknya. Untuk menggambarkan para hantu tersebut dalam acara ritual ini orang-orang yang memerankannya menggunakan kostum yang terbuat dari ijuk yang dililitkan keseluruh tubuh pemeran dan daun-daun, maupun ilalang yang dirangkai sedemikan rupa pada tubuh pemeran, topeng yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, pelepah kelapa dan batok labu yang sudah dikeringkan. Bukongk sendiri biasa diperankan oleh 3 orang, 5 orang atau 7 orang tergantung berapa bukongk yang diinginkan oleh keluarga yang ditinggal.
Dalam perayaannya melibatkan warga sekampung dan disini bisa kita saksikan kehidupan sosial yang sangat kental dimana warga sekampung pada tiga hari penyelenggaraannya menghentikan aktifitas kerjanya sehari-hari, mereka semua terlibat dalam persiapan dan penyelenggaraan adat ini, warga juga ikut menyumbangkan hasil panennya terutama beras kepada keluarga yang berduka saking banyaknya kadang bilik penyimpanan penuh dengan beras sumbangan warga, tuak-tuak dalam tempayan berjejer rapi yang juga merupakan sumbangan masyarakat. Umumnya yang memasak dan menyiapkan segala makanan adalah kaum laki-laki baik yang tua maupun yang muda tidak ada satupun wanita terlibat didalamnya, kaum ibu mengayam anyaman yang nantinya diletakkan pada peti mati yang disebut tangkup, dan jumlah tangkup ini ada 7 buah yang diletakkan disekeliling peti mati. Pemeran bukongk sendiri juga harus laki-laki baik yang tua maupun yang muda yang diperankan secara bergantian.

JENIS BUKONGK
Bukongk dalam penyelenggaraannya di bagi dalam 3, yaitu :
1. Bukongk 3
Yaitu perayaan yang diperuntukan bagi perempuan yang terpandang, dukun, dukun beranak atau dianggap yang memiliki jasa pada kampungnya dan masih menganut aliran kepercayaan. Atau diperuntukan bagi istri yang mana suaminya pada saat meninggal dibukongk 5. Dalam perayaannya bukongk yang perankan oleh warga ada 3 bukongk.
Syarat pada penyelenggaraan bukongk 3, yaitu :
1. babi 3 ekor
2. anjing hitam 1 ekor
3. ayam kampung 3 ekor
4. tuak 3 tempayan
5. penganan kecil atau kue yang dibuat dari tepung tawar dan pulut, dan ada kue yang disebut kue baok-baok yang terbuat dari cmpuran buah pisang, wijen, ubi jalar, kacang, dan biasanya dicampur dengan irisan daging ayam bakar.
2. Bukongk 5
Yaitu bukongk yang diperuntukan bagi laki-laki atau perempuan dengan ketentuan sama pada bukongk 3, ataupun kepada istri yang mana suaminya pada saat meninggal dibukongk 7. Pada penyelenggaraannya ada 5 bukongk yang harus diperankan oleh warga.
Syarat pada penyelenggaraan bukongk 5, yaitu :
1. babi 5 ekor
2. anjing hitam 1 ekor
3. ayam kampung 5 ekor
4. tuak 5 tempayan
5. penganan kecil atau kue yang dibuat dari tepung tawar dan pulut, dan ada kue yang disebut kue baok-baok yang terbuat dari cmpuran buah pisang, wijen, ubi jalar, kacang, dan biasanya dicampur dengan irisan daging ayam bakar.
3. Bukongk 7
Yaitu bukongk yang hanya diperuntukan bagi kaum laki-laki yang dianggap sebagai sesepuh, dukun, kades/kadus, tumenggung, ataupun orang yang pernah berjasa pada kampungnya, dan masih menganut aliran kepercayaan. Dan mempunyai kemampuan ekonomi buat penyelenggaraannya. Pada pelaksanaannya ada 7 bukongk yang harus diperankan oleh warga.
Syarat pada penyelenggaraan bukongk 7, yaitu :
1. babi 5 ekor
2. anjing hitam 1 ekor
3. ayam kampung 5 ekor
4. tuak 5 tempayan
5. penganan kecil atau kue yang dibuat dari tepung tawar dan pulut, dan ada kue yang disebut kue baok-baok yang terbuat dari campuran buah pisang, wijen, ubi jalar, kacang, dan biasanya dicampur dengan irisan daging ayam bakar.

Pada zaman dahulu penyelenggaraannya lamanya manyat berada dirumah sesuai dengan bukongk yang diambilnya, jika bukongk 7 yang diambil maka manyat juga bisa 7 hari disemanyamkan dirumah hingga kadang membusuk karena pengawetan pada manyat masih dengan cara yang tradisional. Peti matinya pun harus dibuat dari kayu beliatn bulat yang harus dilobangi dengan menggunakan cara-cara tradisional dan bisa memakan waktu 3 hari pengerjaannya, selain itu penyelenggaraannya menggunakan mantera-mantera yang dibawakan oleh orang pintar dalam mengiringi para bukongk dalam aksinya sehingga banyak kejadian mistis yang sering terjadi, ada kisah dimana ada seorang warga yang memerankan bukongk dimana topeng yang digunakannya tidak bisa dilepaskan dari wajahnya karena topeng tersebut sudah menyatu dengan kulitnya sehingga untuk melepaskan topeng tersebut harus dengan menggunakan pahat. Seiring dengan perubahan waktu dan pola kesadaran yangt semakin baik banyak perubahan yang digunakan warga seperti manyat paling lama hanya 3 hari berada didalam rumah demi menghindari kondisi membusuk, peti mati saat ini sudah menggunakan papan beliatn jadi pengerjaannya juga lebih cepat dan efisien dan bukongk sendiri saat ini sudah tidak menggunakan mantra-mantra yang berbau mistis demi mengindari hal-hal yang tidak diinginkan dengan tanpa mengurangi sisi ritual dan makna yang terkandung dalam perayaan ini.

PROSESI BUKONGK
Prosesi Babukongk sendiri ada 8 dalam penyelenggaraannya, yaitu:
1. Bukongk Mansau
Yaitu prosesi dimana para bukongk pertama kali beraksi untuk naik kerumah orang yang meninggal tersebut. Sebelum berjalan para bukong ditaburi dengan beras sebagai syarat dari tetua adat dan dari sekian bukongk yang ada 1 diantara mereka ada yang menjadi kepala para bukongk tersebut dan biasanya kostum yang digunakanny lain dari pada bukongk yang lainnya dan sebagai kepala dia berjalan paling depan. Para bukongk berjalan dari tempat dimana merupakan tempat yang sudah dipersiapkan oleh warga sebagai tempat memulainya segala penyelenggaraan, mulai dari tempat mempersiapkan makan bagi warga sekampung, tempat mempersiapkan kostum dan topeng bukongk itu sendiri, tempat membuat peti mati lengkap dengan segala pernak-pernik yang dipasangkan pada peti mati tersebut, ditempat ini juga warga sekampung menikmati makan yang dipersembahkan oleh tuan rumah dari awal penyelenggaraan hingga selesainya penyelenggaraan dimana manyat sudah dikuburkan. Bukongk berjalan sambil menari dengan diiringi oleh musik tradisional khusus untuk orang mati bagi orang dayak Mahap, bukongk terus menari hinggga sampai dirumah duka, meraka masuk lewat pintu depan dimana diruangan tersebut bersemanyam jasad yang diupacarakan para bukongk masuk sambil menghentakan-hentakan kaki kelantai rumah dan berterik saling bersahutan menciptakan suara khas. Para bukongk menari mengitari manyat sabanyak 7 kali putaran keluar ke pintu belakang rumah, setelah selesai 7 putaran mereka kembali lagi ketempat semula mereka mulai berangkat dengan melalui jalan lain disepanjang jalan pulang mereka biasanya bisa menghibur dengan cara menakut-nakuti warga yang ada dikampung tersebut dan ini biasanya banyak menciptakan suasana lucu dan menghibur.
2. Bukongk Batamak
Yaitu bukongk yang bertugas mengiringi peti mati yang akan dibawa kerumah duka dan sekaligus mengiringi prosesi memasukan jenazah kedalam peti mati, sama seperti pada bukongk mansau dimana peti mati dibawa dari tempat pengerjaannya menuju kerumah duka dan musik tradisional tanpa henti mengiringi peti dan bukongk yang mendampinginya. Sesampai dirumah peti masuk dari pintu depan dan jenazah langsung dimasukan kedalam peti bersama dengan tikar sebagai alasnya pada saat disemanyamkan dirumah, para bukongk terus menari dan menghentakan kaki kelantai dengan terus memutar sebanyak 7 kali putaran hingga selesai dan kembali pulang keasalnya.
3. Bukongk Buah Mansat
Prosesi ini dilakukan menjelang malam hari , dimana para bukongk datang dan disambut dengan bola api oleh keluarga yang berduka dimana bola api tersebut terbuat dari tempurung kelapa yang dibakar menyala. Para bukongk bermain dengan bola api dihalaman rumah duka, namun dalam prakteknya saat ini biasanya bukongk buah mansat tidak dilakukakan dengan sepenuhnya cukup dengan melemparkan punggut kayu api yang menyala kearah bukongk tanpa mengenai mereka hanya sebagai syarat kemudian prosesi selesai, hal ini menghindari kejadian yang pernah terjadi dimana ada bukongk yang terbakar saat bermain-main dengan bola api karena kostum mereka terbuat dari bahan-bahan yang mudah terbakar, namun tetap saja prosesi ini tidak akan mengurangi makna dari ritual yang harus dijalankan.
4. Bukongk Alu
Prosesi ini atau lebih tepat dikatakan dengan permainan dilakukan pada malam hari dimana bukongk menari diatas alu yang dimainkan oleh bukongk lainnya. Bukongk berjingkrak-jingkrak diantara alu yang sedang bergerak membentuk gerakan-gerakan yang berirama sesuai dengan hentakan alu yang saling bersentuhan, jika terjadi kesalahan sedikit saja pada bukongk yang menari maka akan mengakibatkan kecelakaan pada mata kaki atau tulang kering tidak menutup kemungkinan akan berakibat pecahnya mata kaki, maka biasanya permainan ini dimainkan oleh orang yang ahli dan berpengalaman. Permainan ini bisa menjadi hiburan bagi warga kampung yang pada malam itu ikut berjaga dirumah duka.
5. Bukongk Tempiau
Sama seperti pada Bukongk Alu, pada Bukongk Tempiau juga bisa dikatakan permaianan dan dilakukan setelah Bukongk Alu, dalam permaianan ini ada 2 bukongk yang bergelantungan pada alu yang masing-masing dipikul bergantung oleh bukongk lainnya, kemudian orang-orang disekitar yang menyaksiskan menggelitik 2 bukongk yang bergantungan tadi sambil memutar-mutar tubuh bukongk tersebut hingga ada yang jatuh kelantai, dan permainan ini akan berhenti jika salah satu dari bukongk sudah jatuh kelantai.
Sambil menunggu malam yang terus beranjak dan menunggui jenazah didalam rumah biasanya para bukongk lengkap dengan kostumnya sering datang sambil terus menerus menari dan menghentakan kaki mereka kelantai untuk mengusir roh-roh jahat yang ada disekitar jenazah tersebut, para bukongk memutar sebanyak 7 kali putaran dan para bukongk bisa datang hingga lebih dari 5 kali pada malam itu dengan orang-orang yang bergantian yang bersedia menjadi bukongk, selain mengusir roh-roh jahat disekitar rumah meraka juga sekalian sebagai hiburan bagi keluarga yang ditinggal maupun warga yang ikut berjaga dirumah duka,karena para bukongk dapat bertingkah bebas hingga bertingkah lucu sehingga menciptakan suasana yang tidak hanyut dalam kesedihan.

6. Bukongk Nyongkap Babi
Prosesi ini dilakukan keesokan paginya dimana para bukongk pagi-pagi buta menangkap babi yang sudah dipersiapkan untuk dimasak dan menjadi hidangan bagi warga sekampung.
7. Bukongk Beroh
Yaitu para bukongk memasak daging babi yang telah ditangkapnya dan memasak nasi dan sayur-sayur lain yang akan dipersiapkan untuk makan orang sekampung. Sebelum jenazah dikuburkan orang sekampung biasanya diberi makan dengan lauk-lauk yang sudah dipersiapkan, dengan membentuk barisan memanjang orang sekampung makan beramai-ramai dari laki-laki, perempuan, tua dan muda berbaur untuk menikmati hidangan makan tersebut.
8. Bukongk Ngamek
Ini adalah prosesi terakhir yang dilakukan oleh bukongk-bukongk yaitu prosesi mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Jenazah yang sudah berada didalam peti diturunkan dari rumah dengan diiringi pembacaan mantra-mantra dari ketua adat sebelum berangkat peti diputar-putar sebanyak 7 kali dengan diiringi para bukongk yang terus menari lengkap dengan irama musik tradisional yang terus dimainkan, sekali-kali terdengar letusan senapan lantak dari warga yang menembakkannya keudara. Sampai dikuburan para bukongk kemudian melepaskan semua kostum yang melekat pada tubuh mereka termasuk topeng yang mereka gunakan dan menggantungnya disekitar kuburan orang tersebut.

AKSESORIS/HIASAN PADA PETI MATI
Tidak seperti peti mati pada umumnya, pada peti mati bagi orang yang babukongk penuh dengan aksesoris atau hiasan yang menempel pada peti, mulai dari benda-benda yang pasangkan ditengah-tengah peti, anyaman bambu yang ditempelkan pada atas dan pinggir-pinggir peti hingga motif-motif yang dibuat disepanjang pinggir peti yang mana pembuatannya dilakukan pada malam hari setelah jenazah berada pada peti mati sambil ditemani oleh warga yang berjaga sepanjang malam dirumah duka.
Adapun aksesoris yang menempel pada peti tersebut adalah :
1. Puncak Jarau
Yang terdiri dari, selimpak 4 buah, dan daun cangkur 4 lembar.
2. Kala Jangkon
Yang dibuat dari kayu pulali menyerupai orang yang dipasang diatas dan ditengah-tengah peti.
3. Buah pinang 1 buah
4. Malanyot
Dibuat dari kayu menyeruapi pedang panjang yang diletakkan di 4 sudut peti mati.
5. Tangkup
Yaitu anyaman dari bambu yang dicat dengan warna-warni dan membentuk anyaman motif khas dayak Mahap sebanyak 7 lembar yang diletakkan disekeliling peti mati.
6. Motif yang digambar disekeliling peti yang dengan bentuk siluk beruang atau kuku beruang.
7. Diatas peti mati ada gambar naga dan beruang
8. Motif Patar Tangkuk disekeliling peti
9. Motif garis-garis buntak (belalang) digambar dibawah motif Patar Tangkup
10. Buah Balobo
Adalah benda yang dibuat menyeruapai buah-buahan yang disebut buah balobo yang dipercaya sebagai oleh-oleh bagi yang meninggal dan menurut kepercayaan buah ini hanya ada di alam baka.
11. Kemudian ada motif puncak robok (rebung) pada peti
12. Ada Makalut yang diukir disekitar motif puncak robok
13. Pasak Lancang (kayu Bunyau)
14. Tulang Barasin diletakkan ditengah-tengah peti mati
15. Dan ada Pancok Pacat yang diletakan pada peti.
Demikian beberapa aksesoris dan motif yang melekat pada peti mati sebagai aksesorisnya dan semua mengandung arti atau makna bagi orang Dayak Mahap.

KESOT
Selain dari keunikan yang ada pada babukongk, ada satu alat musik tradisional yang unik dan hanya dibunyikan pada upacara kematian seperti ini yaitu Kesot, alat musik tradisional ini sangat sederhana yang terbuat dari batang bambu mati dan dibelah ditengah-tengahnya dengan belahan memanjang dari atas kebawah, kemudian untuk memainkannya cukup dengan menggesek-gesekan sebuah parang tajam diantara belahan bamboo tersebut sehingga akan menciptakan suatu bunyi gesekan yang khas, namun bunyi akan keluar jika posisi parang berada dalam posisi yang benar jadi tidak cukup gampang untuk memainkannya. Kesot dipadukan dengan alat musik tradisional lainnya seperti gong, gendang dari kulit binatang sehingga akan meciptakan irama musik yang cukup unik dan khas.
Demikianlah mengenai babukongk, hingga saat ini babukongk sendiri tetap menjadi kekhasan yang tetap melekat bagi dayak Mahap khusunya di desa Sebabas, pada jamannya di Mahap hampir semua desa menyelenggarakan babukongk, namun karena kerumitan dan biaya yang begitu besar dalam penyelenggaraannya serta kesediaan warga yang mau terlibat dalam ritual ini samakin kurang tertarik, sehingga hanya masyarakat desa Sebabas yang sampai saat ini masih melaksanakannya dan kuburan-kuburan tua tempat orang yang melaksanakan babukongk sampai saat ini masih terawatt dengan baik dan masih bisa dilihat keberadaannya disepanjang jalan kecil menuju ke desa Pahit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar